Kamis, 26 Desember 2013
Kamis, 28 November 2013
Kamis, 09 Mei 2013
The Last Rain
Jika hujan itu
kamu,
Aku adalah tanah
tandus yang kering
Jika hujan itu
kamu,
Aku adalah
sebatang pohon yang hampir mati
Jika hujan itu
kamu,
Aku yang paling
bahagia menyambutmu
Aku yang
bersorak hore melihatmu
Aku yang berkata
hai saat kamu datang
Karena jika
hujan itu kamu,
Hatiku takkan
kemarau lagi
Aku mencarimu di setiap sudut taman, tapi tak ku temukan
dirimu. Aku lelah dan memilih duduk di ayunan, tempat favorit kita dulu. Aku
ingat, kau suka sekali memotretku saat itu. Lalu hujan turun. Kita berlari
mencari tempat berteduh. Kita terhenti di sebuah saung di taman itu. Aku sedikit
kedinginan, tapi aku tak mengatakannya padamu. Aku tak ingin membuatmu khawatir.
Tapi kau memang peka dan perhatian. Kau melepas jaketmu dan meletakkannya di
badanku.
“Aku suka hujan !” katamu tiba-tiba, sambil
menatap ke arah langit yang masih abu-abu.
“Mengapa ?”
tanyaku.
“Karena hujan
menahanmu disini bersamaku!” jawabmu sambil
menarik gemas hidungku, lalu menggosok-gosokan tanganmu di atas
kepalaku, membuat poniku berantakan, tapi aku suka.
“Gombal !”
kataku meledek sambil mencubit perutmu. Lalu aku berlari menghindar saat kau
berusaha menangkapku dan kita berkejar-kejaran di tengah hujan
***
Lamunanku buyar seketika saat sekumpulan anak kecil
menghampiriku. Mereka semua menatap ke arahku, menertawaiku dan bersorak “Orang
gila .. orang gila .. orang gila !”
Tawa anak-anak itu membuatku ketakutan. Aku berlari
menjauhi mereka dan terhenti di seberang jalan raya. Kurasakan telapak kakiku
perih. Dan benar saja setelah kulihat kebawah, ternyata aku memang tak beralas
kaki. “Bagaimana mungkin ?” gumamku dalam hati. Aku semakin shock saat melihat pakaian yang kukenakan
yang ternyata hanya sebuah piyama tidur. “Ya Tuhan, apa benar aku gila ?”
tanyaku dalam hati.
Lalu tiba-tiba hujan turun. Kulihat seorang anak kecil
berlari mengejar bolanya yang menggelinding ke tengah jalan raya. Di arah yang lain
kulihat sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi. Aku panik. Lalu berlari
menghampiri anak itu dan mendorongnya.
Aku memejamkan mata saat mobil itu melaju ke arahku. Aku kembali
teringat kejadian saat itu. Kau dan aku berkejar-kejaran di tengah hujan. Aku
berlari ke tengah jalan. Lalu kau mendorong tubuhku hingga mendarat di aspal.
Suara benturan keras mengagetkanku. Kulihat kau tergeletak tak berdaya dengan
berlumuran darah. Sebuah truk pick up baru saja menabrakmu. Aku pingsan saat
itu juga , lalu tak ingat apa-apa lagi.
“Ciiiittt .. !!” mobil itu terhenti tepat satu meter dari
tempatku berdiri. Aku melemas. Kemudian keluarlah kedua orang tuaku dari dalam
mobil itu. Mereka menenangkanku, kemudian menjelaskan apa yang terjadi selama
ini. Mereka bilang setahun yang lalu aku mengalami shock dahsyat yang membuat kejiwaanku terganggu dan amnesia ringan.
Aku selalu lari dari rumah dan menunggumu di taman itu. Sungguh suatu kenyataan
yang sulit kuterima. Tapi aku bersyukur Tuhan mengembalikan ingatanku.
***
Dan hari ini,
untuk pertama kalinya kita bertemu lagi. Meski hanya namanu yang terbaca di
batu nisan itu. Kudoakan semoga kau tenang di sana. Aku janji akan selalu
datang setiap hari menemuimu. Perlahan kudekati batu nisanmu, lalu kubisikkan kata “I Will
Always Love
You !”.
-SELESAI-
Selasa, 09 April 2013
Senin, 08 April 2013
TANPAMU
Tanpamu,
Bagaikan daun tak berklorofil
Aku layu, kemudian mengering
Tanpamu,
Bagaikan kupu-kupu tak bersayap
Aku jatuh, tak mampu menerbangkan mimpiku lagi
Tanpamu,
Bagaikan pelangi tak berwarna
Aku tak lagi indah
Tanpamu,
Juga bagaikan pena tak bertinta
Aku bahkan tak berfungsi
Bagaikan daun tak berklorofil
Aku layu, kemudian mengering
Tanpamu,
Bagaikan kupu-kupu tak bersayap
Aku jatuh, tak mampu menerbangkan mimpiku lagi
Tanpamu,
Bagaikan pelangi tak berwarna
Aku tak lagi indah
Tanpamu,
Juga bagaikan pena tak bertinta
Aku bahkan tak berfungsi
Selasa, 12 Maret 2013
Mati Rasa
Perlahan tersapu gelombang
Terkikis oleh waktu
Kemudian hanyut dan hilang
Terlarut dalam pusaran masa lalu
Rasa itu mati bersama gugurnya kenangan indah
Pintu rindu itu tertutup dengan sendirinya
Lalu semua terasa hambar
Ah sudahlah, aku lelah !
Tak mau tahu lagi
Karena kita ibarat dua kutub magnet yang sejenis
Sedekat apapun jaraknya,
Tetap tak bisa menyatu
Terkikis oleh waktu
Kemudian hanyut dan hilang
Terlarut dalam pusaran masa lalu
Rasa itu mati bersama gugurnya kenangan indah
Pintu rindu itu tertutup dengan sendirinya
Lalu semua terasa hambar
Ah sudahlah, aku lelah !
Tak mau tahu lagi
Karena kita ibarat dua kutub magnet yang sejenis
Sedekat apapun jaraknya,
Tetap tak bisa menyatu
Bacalah !
Bacalah perasaanku,
Pada setiap tatapan malu-malu kucing
Saat mata tak sengaja berpapasan
Memandang wajahmu saja, aku salah tingkah
Bacalah perasaanku,
Pada kata yg tak banyak terlontar
Saat bibir bergantian bicara
Mendengar suaramu saja, aku kik-kuk
Bacalah perasaanku,
Pada rindu yang tak tersampaikan
Yang terganti dengan do'a
Yang terselip namamu di sana
Pada setiap tatapan malu-malu kucing
Saat mata tak sengaja berpapasan
Memandang wajahmu saja, aku salah tingkah
Bacalah perasaanku,
Pada kata yg tak banyak terlontar
Saat bibir bergantian bicara
Mendengar suaramu saja, aku kik-kuk
Bacalah perasaanku,
Pada rindu yang tak tersampaikan
Yang terganti dengan do'a
Yang terselip namamu di sana
Senin, 11 Februari 2013
Rabu, 06 Februari 2013
Kamis, 24 Januari 2013
Ketulusan
Seperti udara dalam balon,
Ketulusan itu tak selalu nampak
Tapi nyata
Udara itu mengisi ruang yang kosong
Juga mampu menerbangkan balon tinggi
Ketulusan itu tak selalu nampak
Tapi nyata
Udara itu mengisi ruang yang kosong
Juga mampu menerbangkan balon tinggi
Where’d You Go ?
Ah, cinta kadang
membingungkan..
Bisa sangat hangat,
juga bisa membuat hatiku menggigil kedinginan
Aku benci saat orang
yang aku cinta mulai berubah
Aku benci saat orang
yang aku cinta tak lagi peduli denganku
Aku benci menunggunya
seperti ini
Aku
benci saat tidak bisa tidur hanya untuk memikirkannya
Aku benci saat mulai
merindukannya tapi tak bisa mengatakannya
Aku benci saat
berkali-kali melirik layar ponselku, berharap dia menelpon atau setidaknya
mengirim pesan singkat, tapi nyatanya tak pernah muncul namanya
Aku
benar-benar benci saat dia tiba-tiba menghilang tanpa kabar
***
Sore itu ..
Aku
masih terduduk di sofa kecil di dalam sebuah cafe. Memandangi rintik gerimis
yang jatuh dengan lembut di atas aspal jalanan dari balik tembok kaca besar. Semua
yang ada di luar sana terlihat jelas dari dalam sini. Berkali-kali, kulirik jam
di tanganku. Sudah hampir satu jam aku menunggu Ringga pacarku. Hari ini aku
dan Ringga memang janjian di tempat ini. Tapi sampai sekarang Ringga belum juga
menampakkan diri. Dan aku benci menunggu !
Sesekali
aku meneguk cappuccino yang sudah hampir setengah cangkir kuhabiskan. Sesekali
juga aku menggosok-gosokan kedua telapak tanganku. Aku sedikit kedinginan
berada di ruangan ber-AC di musim hujan seperti ini.
Aku
sudah hampir bosan menunggu. Tapi tak lama nada sms ponselku berbunyi. Ringga
memintaku menunggunya sebentar lagi. Dia bilang sedang terjebak macet. Aku pun
berusaha memakluminya, meski di dalam hati aku sibuk memaki.
Seandainya
aku tidak begitu mencintai Ringga, mungkin aku takkan sudi menunggunya di sini.
Ringga seumuran denganku.Dulu kami adalah teman satu SMP. Dan kami mulai saling
dekat setelah bertemu kembali di acara Reuni akbar di sekolah kami. Saat ini
kami berdua sudah bekerja. Aku bekerja sebagai editor di sebuah perusahaan
penerbitan buku. Sementara Ringga bekerja sebagai desainer grafis di sebuah
perusahaan yang bergerak di bidang periklanan.
Ringga
orang yang sangat pendiam dan misterius. Tapi sangat kreatif dan pandai dalam
ilmu desain grafis. Dia juga termasuk dalam golongan techno freak. Begitu tergila-gila dengan segala macam teknologi.
Dan dia juga seorang pacar yang sangat romantis.
Hubungan
kami baru berjalan 4 bulan. Aku masih ingat betul momen indah saat Ringga menyatakan
cinta padaku dengan cara yang unik dan tak terlupakan. Sore itu Ringga
mengajakku makan di sebuah café dekat pantai. Setelah makan, kami berdua berjalan
menyusuri pantai
Saat
itu Ringga memintaku memejamkan mata. Ringga bahkan mengikatkan sapu tangannya di
mataku. Lalu membawaku ke tepian pantai. Tak lama Ringga menyuruhku membuka
mata. Perlahan kubuka mataku dan alangkah terkejutnya aku saat ku lihat disana
tertulis “ I LOVE YOU RENA” di atas pasir dengan gambar hati di tengahnya.
Ringga
mendekat ke arahku, meraih tanganku, dan berlutut sambil menyodorkan bunga
mawar dan berkata “ Maukah kamu jadi pacarku?”. Aku mengangguk tanpa
berkata-kata, seolah memberi isyarat bahwa aku pun menyetujuinya. Dan akhirnya
kami pun resmi berpacaran. Lalu kami berjalan bergandengan di tepian pantai.
Menikmati langit sore itu.
***
“
Ren..” sebuah suara mengagetkanku, membuyarkan lamunanku.
Aku
menoleh ke belakang dan mendapati sosok Ringga di sana.
Lalu
Ringga duduk di sampingku. Aku
melihatnya kedinginan. Bajunya yang berwarna merah cerah terlihat sedikit gelap
terkena rintik gerimis karna memang dia datang mengendarai motor. Melihat
wajahnya yang juga basah, aku segera mengambil tisu dari dalam tasku. Kuusap
pelan wajah Ringga dengan tisu tadi. Aku selalu jatuh cinta dengan wajah itu.
Hidung mancung dan lesung pipitnya yang selalu membuatku merindukannya. Ringga
menarik tanganku pelan, meletakkannya di antara sela jarinya, juga
menggenggamnya erat.
“Ma’af,
aku telat datang”
“Iya,
gak papa kok”, ku jawab dengan senyuman.
Aku tidak pernah bisa marah dengan Ringga.
Sekalipun aku kesal menunggu.
“Ren,
aku mau ngomong sesuatu.”
“Mau
ngomong apa Ngga?” tanyaku penasaran
“Aku
dapat tawaran kerja lebih bagus di sebuah perusahan periklanan besar”
“Bagus
itu !”
“Tapi
masalahnya aku harus pindah ke Jogja”
Aku
langsung terkejut dan terdiam saat itu juga. Ada perasaan bangga tapi juga ada
rasa takut, takut jauh dari Ringga. Aku tahu bekerja di sebuah perusahaan
periklanan besar adalah cita-cita Ringga dari dulu.Tapi yang tidak bisa aku terima
adalah mengapa harus Jogja, tempat yang jauh dari Surabaya kotaku
tinggal..Rasanya ini tidak adil. Tapi apa boleh buat, ini memang keputusan
Ringga. Dan akhirnya akupun setuju menjalani hubungan jarak jauh dengannya.
***
Hari
demi hari mulai ku lewati sendiri. Setelah beberapa hari yang lalu aku
mengantarnya ke stasiun kereta. Melepasnya untuk pergi ke Jogja demi mengejar
cita-citanya. Aku pun mulai membiasakan diri hidup sendiri tanpa sosok Ringga
di sampingku. Ringga yang kadang mengantar jemputku kerja, Ringga yang setiap
malam minggu datang ke rumah, sekarang sudah tidak lagi.
Kami
hanya berkomunikasi lewat telepon. Tapi semakin hari aku merasa Ringga mulai
terlalu sibuk dengan pekerjaannya, sibuk dengan dirinya sendiri. Dia bahkan
sering lupa menanyakan kabarku. Dulu setiap satu jam sekali dia selalu
menanyakan sedang apa ? sudah makan belum ? jangan lupa makan ! kalau keluar
rumah hati-hati !. Sekarang semua itu sudah jarang sekali terjadi. Bahkan dulu
dia yang selalu menelpon dan mengirim pesan lebih dulu, sekarang justru aku
yang selalu memulai menanyakan kabarnya. Aku rindu di perhatikan seperti dulu
olehnya. Rasanya aku sudah tidak lagi mengenalnya sebagai sosok Ringga yang
dulu selalu ada untukku.
***
Ini
pukul dua siang, aku baru saja sampai di kota Jogja. Setelah melalui perjalanan
kurang lebih sekitar 6 jam dengan kereta. Dan berbekal alamat yang pernah
Ringga berikan, aku nekat datang ke Jogja karna hari ini tepat setahun hubungan
kami. Dan tentu saja aku ingin bertemu dengan Ringga untuk memberinya kejutan. Sudah
sebulan ini Ringga tidak menghubungiku. Aku berpikir mungkin dia terlalu sibuk
dengan pekerjaannya. Dan aku selalu bisa memaklumi itu.
Aku
sudah sampai di depan sebuah rumah, yang juga adalah tempat kos Ringga. Aku
menunggu sekitar satu jam di depan rumah itu, tapi aku belum juga melihat
Ringga muncul. Sampai akhirnya keluarlah seorang laki-laki dari dalam rumah
itu. Aku mencoba mendekatinya dan menanyakan tentang Ringga.
“Permisi
mas !” sapa ku padanya
“Ya
mbak, ada apa ?”, tanyanya
“Di
sini ada yang namanya Ringga ya ?”
“Oh
Ringga, dia sudah gak kos di sini lagi mbak !”
Badanku
melemas seketika.
“Sudah
lama mas pindahnya?”
“Sudah
sekitar dua bulan ini mbak!”
“Kira-kira
pindah kemana ya mas?”, tanyaku lagi
“Wah,
saya kurang tahu mbak”
“Oh
ya sudah, makasi ya mas!”
Lalu
aku pergi begitu saja.
Aku
benar-benar kecewa dengan Ringga. Sebenarnya aku ini di anggap apa olehnya.
Kenapa satu bulan ini menghilang tanpa mengabariku. Dia bahkan tidak pernah bilang
sudah pindah kos. Aku bingung harus kemana lagi mencarinya. Sudah aku coba
menghubungi ponselnya, tapi yang ada selalu jawaban dari operator yang
mengatakan “Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, silahkan coba beberapa
saat lagi”.
Kuputuskan
untuk kembali pulang saja. Aku sadar mungkin Ringga sudah tidak peduli lagi
denganku. Semua sudah berubah, tak lagi seperti dulu. Tapi mengapa Ringga pergi
dan menghilang begitu saja. Sungguh sangat tega menggantungkan hubungan kami. Dan
tidak ada yang lebih menyakitkan dari ini.
Tak
henti-hentinya aku menangis. Menyayangkan hubungan kami yang terpaksa harus ku
akhiri. Aku bahkan tidak peduli dengan penumpang lain dalam kereta yang merasa
iba melihatku menangis. Aku merasa perjuanganku datang ke Jogja adalah sia-sia.
Sampai kapan kau gantung cerita cintaku
Memberi harapan
Hingga mungkin ku tak sanggup lagi
Dan meninggalkan dirimu
Detik-detik waktupun terbuang
Teganya kau menggantung cintaku
Bicaralah biar semua pasti
Kau menggantungkan hubungan ini
Kau diamkan aku tanpa sebab
Maunya apa ? ku harus bagaimana ?
Kasih ..
Gantungnya hubungan cintaku
Membuatku sakit
Hingga mungkin ku tak sanggup lagi
Dan meninggalkan dirimu ..
Lirik
lagu Gantung Melly Goeslaw yang ku dengar lewat headset ponselku seolah
mewakili perasaanku, mengiringi perjalananku pulang. Berharap setelah
perjalanan pulang ini, saat aku kembali melangkahkan kaki di kotaku, aku segera
melupakannya karna aku tidak ingin mengingatnya lagi.
TAMAT
Senin, 07 Januari 2013
Haruskah Bertahan ?
Di pohon yg mana aku harus berteduh ?
Dari hujan yg sudah mengguyur hampir seluruh badanku
Di pohon yg mana aku harus berlindung ?
Dari petir yg menerjang
Dari angin yg menggulung kerikil & debu yg di tamparkan ke tubuh ini
Atau haruskah aku bertahan di sini ?
Merapat di tembok bata yg retak
Sampai seseorang datang membawakan payung
Menggandeng tanganku
Lalu mengajakku menari bersama pelangi ..
Dari hujan yg sudah mengguyur hampir seluruh badanku
Di pohon yg mana aku harus berlindung ?
Dari petir yg menerjang
Dari angin yg menggulung kerikil & debu yg di tamparkan ke tubuh ini
Atau haruskah aku bertahan di sini ?
Merapat di tembok bata yg retak
Sampai seseorang datang membawakan payung
Menggandeng tanganku
Lalu mengajakku menari bersama pelangi ..
Inginku
Engkau bagai ombak
Yang datang dan pergi menerjang batuan karang
Yang selalu kembali ke tengah lautan
Juga seperti air terjun
Yang mengalir ke segala penjuru
Yang menyapu kerikil-kerikil
Lalu menjatuhkannya di setiap tempat
Aku ingin kau menjadi air sisa hujan
Yang meresap di atap goa
Yang jatuh ke ujung daun
Yang setiap tetesnya perlahan mengikis batu yg keras ini ..
Yang datang dan pergi menerjang batuan karang
Yang selalu kembali ke tengah lautan
Juga seperti air terjun
Yang mengalir ke segala penjuru
Yang menyapu kerikil-kerikil
Lalu menjatuhkannya di setiap tempat
Aku ingin kau menjadi air sisa hujan
Yang meresap di atap goa
Yang jatuh ke ujung daun
Yang setiap tetesnya perlahan mengikis batu yg keras ini ..
Minggu, 06 Januari 2013
PINTU HATI
Sempat ada yg membuka Bukan datang menjaga Sekedar singgah, lalu pergi begitu saja Membiarkan pintunya terbuka sampai kembali tertutup oleh angin Aku berusaha mendorongnya sekuat tenaga Mencoba membukanya kembali Tapi sia-sia Pintunya sudah tertutup rapat Mungkin hanya bisa menunggu sampai seseorang datang membawa kuncinya .. |
Datanglah !
Saat engkau lelah, menepilah !
Berhentilah sejenak lalu kembalilah mendayung perahumu Jangan berbalik arah & menjauh Datanglah segera ! Karna aku semakin takut sendirian di sini, di ujung dermaga yg sepi .. |
Itu Saja !
Jangan jadi matahari
Yang sinarnya terpancar ke segala arah
Jangan jadi bulan
Yang cahayanya selalu terbagi
Juga jangan jadi bintang
Yang kilaunya memikat setiap mata
Cukup jadilah lilin kecil
Yang sinarnya sederhana
Yang setiap pijarnya
Mampu menerangi gelapnya hatiku
Itu saja !
Yang sinarnya terpancar ke segala arah
Jangan jadi bulan
Yang cahayanya selalu terbagi
Juga jangan jadi bintang
Yang kilaunya memikat setiap mata
Cukup jadilah lilin kecil
Yang sinarnya sederhana
Yang setiap pijarnya
Mampu menerangi gelapnya hatiku
Itu saja !
Langganan:
Postingan (Atom)