Jika hujan itu
kamu,
Aku adalah tanah
tandus yang kering
Jika hujan itu
kamu,
Aku adalah
sebatang pohon yang hampir mati
Jika hujan itu
kamu,
Aku yang paling
bahagia menyambutmu
Aku yang
bersorak hore melihatmu
Aku yang berkata
hai saat kamu datang
Karena jika
hujan itu kamu,
Hatiku takkan
kemarau lagi
Aku mencarimu di setiap sudut taman, tapi tak ku temukan
dirimu. Aku lelah dan memilih duduk di ayunan, tempat favorit kita dulu. Aku
ingat, kau suka sekali memotretku saat itu. Lalu hujan turun. Kita berlari
mencari tempat berteduh. Kita terhenti di sebuah saung di taman itu. Aku sedikit
kedinginan, tapi aku tak mengatakannya padamu. Aku tak ingin membuatmu khawatir.
Tapi kau memang peka dan perhatian. Kau melepas jaketmu dan meletakkannya di
badanku.
“Aku suka hujan !” katamu tiba-tiba, sambil
menatap ke arah langit yang masih abu-abu.
“Mengapa ?”
tanyaku.
“Karena hujan
menahanmu disini bersamaku!” jawabmu sambil
menarik gemas hidungku, lalu menggosok-gosokan tanganmu di atas
kepalaku, membuat poniku berantakan, tapi aku suka.
“Gombal !”
kataku meledek sambil mencubit perutmu. Lalu aku berlari menghindar saat kau
berusaha menangkapku dan kita berkejar-kejaran di tengah hujan
***
Lamunanku buyar seketika saat sekumpulan anak kecil
menghampiriku. Mereka semua menatap ke arahku, menertawaiku dan bersorak “Orang
gila .. orang gila .. orang gila !”
Tawa anak-anak itu membuatku ketakutan. Aku berlari
menjauhi mereka dan terhenti di seberang jalan raya. Kurasakan telapak kakiku
perih. Dan benar saja setelah kulihat kebawah, ternyata aku memang tak beralas
kaki. “Bagaimana mungkin ?” gumamku dalam hati. Aku semakin shock saat melihat pakaian yang kukenakan
yang ternyata hanya sebuah piyama tidur. “Ya Tuhan, apa benar aku gila ?”
tanyaku dalam hati.
Lalu tiba-tiba hujan turun. Kulihat seorang anak kecil
berlari mengejar bolanya yang menggelinding ke tengah jalan raya. Di arah yang lain
kulihat sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi. Aku panik. Lalu berlari
menghampiri anak itu dan mendorongnya.
Aku memejamkan mata saat mobil itu melaju ke arahku. Aku kembali
teringat kejadian saat itu. Kau dan aku berkejar-kejaran di tengah hujan. Aku
berlari ke tengah jalan. Lalu kau mendorong tubuhku hingga mendarat di aspal.
Suara benturan keras mengagetkanku. Kulihat kau tergeletak tak berdaya dengan
berlumuran darah. Sebuah truk pick up baru saja menabrakmu. Aku pingsan saat
itu juga , lalu tak ingat apa-apa lagi.
“Ciiiittt .. !!” mobil itu terhenti tepat satu meter dari
tempatku berdiri. Aku melemas. Kemudian keluarlah kedua orang tuaku dari dalam
mobil itu. Mereka menenangkanku, kemudian menjelaskan apa yang terjadi selama
ini. Mereka bilang setahun yang lalu aku mengalami shock dahsyat yang membuat kejiwaanku terganggu dan amnesia ringan.
Aku selalu lari dari rumah dan menunggumu di taman itu. Sungguh suatu kenyataan
yang sulit kuterima. Tapi aku bersyukur Tuhan mengembalikan ingatanku.
***
Dan hari ini,
untuk pertama kalinya kita bertemu lagi. Meski hanya namanu yang terbaca di
batu nisan itu. Kudoakan semoga kau tenang di sana. Aku janji akan selalu
datang setiap hari menemuimu. Perlahan kudekati batu nisanmu, lalu kubisikkan kata “I Will
Always Love
You !”.
-SELESAI-
very nice :)
BalasHapusdon't ever stop to write ,,
GudLuck ...