Suatu
hari saat semua makhluk di bumi sedang tertidur pulas, terjadi percakapan
antara bumi dan bulan.
“Hai
bulan, apa kabarmu ?” sapa bumi.
“Kabarku
tidak terlalu baik,” jawab bulan dengan ekspresi muka masam.
“Mengapa
?” tanya bumi.
“Aku
kesepian karena tak berpenghuni. Aku iri sekali denganmu. Kau punya banyak makhluk
hidup seperti manusia, hewan dan tumbuhan. Pasti kau senang sekali karena
tempatmu selalu ramai dan pasti kau tidak pernah merasa kesepian sepertiku
bukan ?”
“Ya,
aku memang tidak pernah kesepian. Tapi terkadang aku justru ingin menjadi
sepertimu, kosong tak berpenghuni.”
“Benarkah
? mengapa ?” tanya bulan penasaran.
“Itu
karena tidak semua makhluk hidup memperlakukanku dengan baik, terutama manusia.
Kebanyakan dari mereka justru bertindak egois dan menyakitiku.”
“Bagaimana
cara mereka menyakitimu ?”
“Kau
tahu kan bulan
? Laut, sungai, danau dan semua perairan adalah darahku. Tapi manusia jahat itu
justru mengotorinya dengan membuang sampah dan limbah sembarangan ke dalamnya. Dan
pohon yang adalah jantungku, mereka tebang seenaknya tanpa menanamnya kembali.
Manusia menginjak tanahku, juga merusak hutanku. Mereka membangun pabrik dan
membuat kendaraan bermotor dalam jumlah besar yang asapnya membuatku sesak
nafas. Mereka menggunakan listrik berlebihan sehingga membuat suhu tubuhku
semakin panas. Aku menangis saat mereka menyayat jantungku. Aku menderita saat
mereka mengotori darahku. Aku bersedih melihat mereka terus-menerus
menyakitiku. Padahal aku adalah tempat tinggal bagi mereka. Aku menyediakan
makanan untuk mereka. Aku rela berkorban untuk membahagiakan mereka. Tapi
mereka tak pernah sadar telah membuatku menderita.”
“Kasihan
sekali kau bumi ,“ bulan pun merasa iba.
Tiba-tiba
muncul seorang manusia dari balik pohon, mengagetkan bumi dan bulan yang sedang
asik mengobrol. Rupanya ia terbangun dari tidurnya dan sedari tadi bersembunyi,
mendengar percakapan mereka.
“Hei
bumi, ma’afkan kami para manusia yang kurang memahamimu. Sekarang aku tahu
mengapa kau sering marah dengan mendatangkan banyak bencana alam akhir-akhir
ini,” seru manusia.
“Sesungguhnya
aku tidak pernah berniat menciptakan bencana-bencana itu. Semua itu adalah ulah
kalian sendiri yang kurang menyayangiku,” tegas bumi.
“Lalu
bagaimana cara kami menebus kesalahan kami agar bencana itu tidak datang lagi ?”
“Cintailah
alam dengan tidak membuang sampah sembarangan, hematlah listrik, kurangi penggunaan
kendaraan bermotor, kurangi polusi dengan menanam pohon. Itu saja cukup !”
“Baiklah,
aku berjanji akan menyampaikan keluhan dan pesanmu itu pada manusia yang lainnya
agar mereka mau menjaga, menyayangi dan lebih menghargaimu.”
“Terimakasih
!” bumi pun tersenyum dan berharap semoga janji itu dapat segera di tepati.